Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang
Lukas 15 : 1 – 10
1. PENDAHULUAN :
Jika Anda mengalami kehilangan barang, sebut saja kehilangan uang Rp. 2.000,- dan kehilangan sebuah Handphone. Mana yang akan Anda cari sampai menemukan kembali barang tersebut ? Apakah uang Rp. 2.000,- yang Anda cari ? Atau Handphone yang Anda cari ? Sudah pasti Anda akan mencari Handphone Anda sampai menemukan kembali ? Mengapa demikian ? Pada umumnya, manusia menilai segala sesuatu berdasarkan untung dan rugi. Manusia hanya berusaha mencari barang yang berharga dari sudut nilai materi atau fungsinya. Misalnya, kehilangan satu barang milik tidak masalah selama masih memiliki barang yang lain. Lagi pula, yang hilang masih bisa diperoleh dengan cara membeli barang yang serupa. Lukas 15:1-10 berisi perumpamaan yang memberi gambaran tentang tindakan yang diambil dalam situasi kehilangan sesuatu yang berharga dalam pandangan Allah.
2. PENJELASAN TEKS
Latar belakang perumpamaan domba yang hilang dan dirham yang hilang ini, terkait dengan Yesus hendak menjawab protes dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, terkait Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka (ay.1-2). Hal ini Yesus lakukan sejalan dengan misi Yesus Kristus datang ke dunia ini : “Anak Manusia datang untuk untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk 18:10), “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Luk 5:27-32). Kebenaran ini tidak bisa diterima oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menganggap mereka orang-orang yang paling suci, paling benar, paling religious, tidak pantas bergaul dengan koruptor, pelacur, penjahat. Yesus sengaja memakai karakter-karakter yang dipandang hina oleh para pemimpin agama itu; lalu menggunakan perumpamaan gembala-gembala domba dan perempuan-perempuan yang menjadi sorotan dalam perikop ini untuk memberi pengertian kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Dalam dua perumpamaan ini Yesus menunjukkan tujuan dan karakter Allah yang mencari dan menyelamatkan, lalu memulihkan semua manusia yang telah jatuh dan berdosa untuk kembali bersekutu dengan Allah sendiri. Maksud utama dari dua perumpamaan ini adalah hendak mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah kasih dari Allah yang turun ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan manusia yang hilang dan yang berdosa.
- Ayat 1-2 : Siapakah pemungut cukai dan orang-orang berdosa dalam teks 1 ini? Pemungut cukai ini adalah orang-orang Yahudi yang bekerja untuk Penjajah Roma, karena itu para pemungut cukai ini dianggap penghianat terhadap bangsanya sendiri, dianggap rakus, tamak, pemeras karena upah mereka diambil dari pungutan pajak yang dilebih-lebihkan dari seharusnya (bdk. Zakheus, kepala pemungut cukai, setelah bertobat bertemu Yesus berjanji untuk mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya (19:8). Oleh karena itu, para pemungut cukai dianggap najis kalau mau beribadah di Bait Allah dan disamakan dengan orang-orang berdosa pada umumnya seperti perempuan-perempuan sundal (Mat. 21:32), orang-orang biasa yang tidak bisa melakukan perintah-perintah agama yang diperintahkan oleh para Ahli Taurat. Pemimpin agama Yahudi ini begitu arogan dan sombong rohani sehingga mereka protes kepada Yesus “Mengapa Yesus ini menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka (ay. 2) ? Untuk hal ini, Yesus menjawab protes mereka melalui perumpamaan ini yaitu ketika “Aku menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka itu adalah seperti seorang gembala menemukan seekor dombanya yang hilang setelah pencarian yang lama, menggendongnya pulang dan bersukacita dengan semua sahabat-sahabatnya, bahkan sama seperti seorang perempuan yg menemukan satu koin dirhamya yg hilang dan bersukacita dengan sahabat-sahabatnya (ay.8-9). Kata menerima (ay. 2) di sini bukan berarti Yesus secara pasif menunggu tapi Yesus dengan rindu menunggu secara aktif yaitu Yesus yang menjamu mereka makan dan secara khusus mengundang mereka (bdk. Luk 7:34). Hal ini juga untuk menjelaskan konteks pelayanan Yesus sebagai yang rela mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambi rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia dan rendah hati dalam pengajaran-Nya sehingga orang-orang yang tertolak di masyarakat seperti pemungut cukai, pelacur, rakyat kecil yang sederhana merasa diterima dan betah mendengar Yesus mengajar bahkan makan bersama satu meja tidak ada jarak sama sekali. Mengapa Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka ? Mengapa Yesus menyamakan diri-Nya seperti seorang gembala yang mencari satu ekor dombanya yang hilang? Mengapa Yesus menyamakan diri-Nya seperti seorang perempuan yg mencari satu koin dirhamnya hilang? Mengapa Yesus diutus oleh Allah turun ke dunia dari sorga disalibkan, mati demi dosa manusia ? Karena satu jiwa manusia berdosa sangat berharga bagi Allah. Allah bermaksud melakukan pemulihan bagi semua manusia yang telah jatuh dan berdosa untuk kembali bersekutu dengan Allah sendiri.
- Ayat 3-4 : Bagi orang Israel, hewan domba itu sangat berharga. Mengapa berharga ? Karena bulunya dapat dimanfaatkan untuk menjadi benang, pakaian, dan selimut. Daging dan susunya sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kulit domba dapat digunakan untuk membuat perkamen untuk menulis. Domba digunakan sebagai kurban untuk mengingatkan umat Tuhan bahwa Yesus akan menyerahkan nyawanya. Domba jantan dipersembahkan sebagai persembahan kesalahan, persembahan bakaran, dan korban persekutuan. Karena sangat berharga, si gembala (pemilik domba) rela mengorbankan nyawa demi menyelamat-kan domba-dombanya dari serangan binatang liar. Ketika malam tiba, gembala dan domba akan tidur di tempat yang sama agar domba-domba itu terhindar dari pencurian. Meskipun hanya satu ekor, domba itu sangat berarti bagi hidup si gembala. Kondisi ini yang kemudian dipakai oleh Yesus untuk menyatakan perumpamaan domba yang hilang. Mencari seekor domba yang hilang dengan meninggalkan 99 ekor domba memberi gambaran betapa berharga juga yang 1 ekor itu. Dalam kaitan dengan menjawab kritik orang Farisi dan Ahli Taurat, peristiwa meninggalkan 99 ekor domba itu untuk menunjuk pada orang-orang yang menganggap dirinya benar. Mereka tidak membutuhkan Kristus karena telah “membenarkan” dirinya. Sebaliknya, seekor domba yang hilang adalah orang-orang yang menganggap dirinya tidak layak dan berdosa. Mereka membutuhkan pengampunan dan belas kasihan Allah. Kepada orang terhilang inilah Yesus datang mencari dan menyelamatkan mereka.
- Ayat 5-7 : Satu jiwa manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah adalah sangat berharga bagi Allah. Dalam teks ini sangat tergambar dengan jelas sukacita yang dinyatakan ketika 1 ekor domba yang sangat berharga telah ditemukan kembali. “Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira” (ay. 5), dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Gembala ini adalah Yesus yang tahu ada satu dombanya yang hilang (Maz 23). Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Yoh 10:14), meninggalkan yang 99, pergi mencari satu domba sesat itu sampai Ia menemukannya, kalau Ia telah menemukannya, Ia meletakkan domba itu di atas bahunya (digendong). Ini adalah gambaran kasih Yesus yang sempurna! Orang berdosa itu “Digendong”! Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, Bapa di sorga bersukacita, malaikat-malaikat turut bersukacita, Gembala Yang Baik bersukacita.
- Ayat 8-10 : ayat-ayat ini juga merupakan perumpamaan kedua yang diberikan oleh Yesus untuk menjawab kritik orang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat. Yesus memberi perumpamaan seperti perempuan kehilangan satu dirham dari 10 dirham. Dirham merujuk koin perak Yunani, nilainya setara dengan dinar Romawi, setara dengan harga seekor domba atau setara upah buruh untuk sehari. Dirham di sini menggambarkan jiwa manusia karena pada koin tersebut terdapat gambar dan tulisan raja. Karena begitu berharganya dirham tersebut, ia menyalakan pelita (rumah perempuan itu rumah yang sederhana tanpa jendela, jadi gelap tanpa Cahaya), lalu menyapu rumah (gambaran jiwa pelayanan Yesus yang merendahkan dirinya seperti seorang hamba, “menyapu rumah”), lalu mencarinya dengan cermat sampai ketemu (Kasih Allah yang aktif mencari). Perempuan yang kehilangan satu dirham tersebut mengupayakan semaksimal mungkin untuk mencari hingga dia mendapatkannya. Setelah segala upaya dilakukan dan perempuan itu mendapatkan kembali dirhamnya, dia bersukacita dan berbagi sukacita dengan orang lain. Hal ini menggambarkan bagaimana sukacita yang dihadirkan bilamana orang berdosa bertobat dan kembali kepada Allah. Pertobatan orang berdosa membawa sukacita di surga. Demikian pula di bumi turut merasakan sukacita surgawi ketika orang berdosa bertobat dan berbalik kepada Allah.
3. MEMAKNAI TEKS :
Memaknai teks ini untuk pemberitaan mimbar maka pengkhotbah dapat menggali lebih dalam beberapa makna tekstual yang terkandung dalam teks ini. Secara sederhana ada beberapa pokok penting yang bisa dijadikan penekanan dalam pemberitaan, yakni :
- Yesus mengajarkan bahwa setiap orang berharga di mata Allah, entah itu orang baik atau jahat. Karena begitu berharga, Allah tidak mau kehilangan satu pun dari mereka. Bagaikan gembala yang mencari dombanya yang hilang atau perempuan yang mencari dengan cermat dirhamnya yang hilang, misi Yesus adalah mencari sampai dapat dan membawa kembali setiap orang yang hilang karena dosa. Itulah Allah kita. Dia adalah Allah yang penuh belas kasih.
- Allah menginspirasikan gereja-Nya untuk mencari yang terhilang dan berdosa. Melalui perumpamaan ini, kita melihat bahwa Allah mencari orang-orang berdosa dan yang terhilang itu melalui Gereja-Nya. Allah menjalankan pekerjaan-Nya melalui kita, gereja-Nya. Gereja seharusnya menjadi terang dunia. Meskipun Yesus menyatakan bahwa Ia adalah terang dunia (Yoh 8:12), tetapi dia juga berkata, “Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:14). Ini berarti Allah menyatakan terang-Nya di dunia ini melalui kita, gereja-Nya. Bagaimana Anda ditemukan? Dalam hal ini, gereja melaksanakan fungsinya yaitu : pertama : memberitakan dan menghidupi Firman Allah. Tugas Gereja adalah menyatakan terang, melalui pemberitaan Firman dan kehidupan yang sejalan dengan Firman itu. Orang percaya yang berhimpun dalam persekutuan yang namanya gereja harus menjadi terang dunia. Harus menyalakan pelita dan membiarkan sinarnya memancar. Lukas 8:16-17, bahwa orang yang menyalakan pelita akan meletakkan pelita itu di tempat di mana terangnya menerangi seluruh rumah. Oleh karen itu, tidak ada hal tersembunyi yang tidak akan kelihatan. Di sinilah letak keindahannya. Terang itu bersinar untuk mengekspos segala yang tersembunyi itu kepada terang, untuk menemukan yang hilang. Kedua : Mencari Orang Berdosa yang Terhilang. Tugas orang percaya dalam gereja adalah mencari yang hilang (perumpamaan domba yang hilang), lalu membongkar kekotoran (menyapu) dan menemukan mereka yang berdosa dan membawanya pulang kembali dalam persekutuan itu. Menjadi hal yang sangat indah, ketika Ia mengangkat orang yang miskin dari debu! Orang-orang miskin yang dihina, ditolak dan merupakan orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Tugas mencari untuk menghimpun orang percaya dalam persekutuan, haruslah merangkul semua dengan tidak membeda-bedakan dari aspek suku, status sosial, status ekonomi, berjabatan atau tidak berjabatan dan sebagainya.
- Gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi di mana seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga selalu ingin dikagumi dan menjadi pusat perhatian. Terkadang, kecenderungan tersebut dapat menyebabkan orang dengan gangguan ini memiliki sifat egois dan kurang berempati terhadap perasaan orang lain di sekitarnya. Dalam konteks keagamaan, kita sering menemukan istilah “sombong Rohani”. Bahaya rohani terbesar adalah saat seseorang menganggap dirinya telah hidup benar. Mereka merasa puas dengan kesalehan dan kebaikan yang telah dilakukan. Itu sebabnya mereka tidak rendah hati. Mereka tidak membutuhkan anugerah dan pertolongan Kristus. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu mempunyai cara pandang sendiri tentang bagaimana Allah harus bertindak kepada orang-orang berdosa. Bagi manusia, orang-orang yang baik, rajin ibadah, banyak amal, mereka layak masuk surga. Sementara yang jahat, pembunuh, pezina, suka ngomong kasar, harusnya masuk neraka. Sebaliknya Allah lebih peduli kepada orang-orang yang hancur dan remuk jiwanya karena dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya.
Tugas orang Kristen yang percaya di jaman sekarang adalah memberikan kesaksian bahwa Allah yang diimani ialah Allah yang penuh belas kasih. Marilah kita membangun “komunitas domba” atau “komunitas dirham,” yakni komunitas yang mencari dan membawa kembali yang hilang, komunitas yang bersukacita atas ditemukannya kembali mereka yang hilang. Hal ini bisa kita mulai dari keluarga dan lingkungan sekitar kita. Janganlah kita membangun “komunitas Farisi” atau “komunitas ahli Taurat,” yakni komunitas yang bersikap eksklusif dan yang suka menghakimi.