Kasih Yang Memuliskan Relasi[1]

Pdt. Karel de Fretes, S. Th[2]

Bahan Bacaan : Yohanes 21 : 15 19

 

1. PENDAHULUAN :

Hubungan adalah sebuah gambaran keterikatan hati, pikiran dan seluruh aspek kehidupan seseorang kepada yang lain, termasuk kepada Tuhan sebagai pusat kehidupan dan Pencipta kehidupan. Bila hubungan tersebut mengalami kerenggangan apa lagi rusak dan terputus, maka perlu ada pemulihan. Pemulihan relasi, merupakan sebuah kebutuhan yang hakiki dalam sebuah komunitas persekutuan.

Tema khotbah hari ini dalam Bulan Budaya GMIT tahun 2025 : Kasih yang Memulihkan Relasi menolong kita untuk mendalami makna pemulihan relasi dalam aspek teologi dan aspek budaya yang didasarkan pada teks Yohanes 21:15-19.

2. PENJELASAN TEKS

Di minggu Paskah ke-5 ini, cerita Penampakan Yesus menjadi poin penting. Teks ini berlatar penampakan Yesus di Pantai Danau Tiberias. Yesus  menampakkan diri kepada para murid di tengah suasana keseharian para murid ketika mereka merasa kehilangan sosok pemimpin, sosok seorang guru yakni Yesus. Kehilangan pemimpin membuat mereka kembali ke aktifitas semula yakni penjala ikan. Dalam konteks inilah, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya dan melakukan beberapa tindakan yang memulihkan mereka, baik secara bersama maupun individu. Secara bersama, kepada semua murid, secara khusus individu, yakni kepada Simon Petrus yang bisa didalami dalam teks Yohanes 21:15-19. Mendalami teks Yohanes 21:15-19, kita menemukan beberapa catatan penting :

🔹 Ayat 15-17 : Yesus memulihkan komitmen Petrus. Setelah kebangkitan, para murid tidak langsung pergi memberitakan Injil, tetapi justru kembali ke profesi lama: menangkap ikan. Mereka kebingungan, mungkin belum sepenuhnya memahami implikasi kebangkitan Yesus. Yesus tidak memarahi mereka, melainkan datang menghampiri mereka dalam aktivitas biasa. Ini menggambarkan bahwa Yesus sebagai Tuhan hadir dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di tempat ibadah atau saat-saat rohani.

Petrus dalam teks ini, mengalami kesulitan untuk mengasihi Tuhan sehingga Yesus harus bertanya tentang kasih Petrus kepada Yesus (15-17). Hal ini berarti mengasihi Yesus tidak pernah ada dalam kesanggupan, pengalaman, dan pengetahuan manusia sendiri. Dalam teks aslinya, digunakan dua kata Yunani untuk kata ‘kasih’. Yang pertama ‘agapao’ yang berarti kasih yang memiliki tujuan, berasal dari pikiran dan kehendak yang rasional – kasih ini diberikan tanpa syarat. Sedang yang kedua ‘phileo’ yang berupa kasih yang melibatkan perasaan yang hangat yang lazim dari sebuah emosi pribadi dan penuh perasaan; biasanya ditujukan kepada seorang sahabat. Tiga kali pertanyaan Yesus apakah Petrus mengasihi-Nya atau tidak, diawali dengan menggunakan kata agapao pada dua pertanyaan pertama, yang diartikan oleh Petrus selalu dengan phileo. Baru pada pertanyaan ketiga Yesus menggunakan istilah yang sama dengan Petrus. Sampai pada pertanyaan ketiga, memberi makna tentang bagaimana batas kemampuan Petrus menerapkan kasihnya kepada Yesus. Pada sisi yang lain, hal ini menunjukkan bahwa Yesus tetap menerima Petrus apa adanya. Dia memahami kalau manusia memiliki keterbatasan dalam menanggapi panggilan-Nya. Petrus menjadi sedih ketika Yesus bertanya untuk ketiga kalinya. Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu. Engkau tahu aku mengasihi Engkau”. Petrus dengan rendah hati memberi tiga kali jawaban yang sama. Ini mengajar kita untuk tidak berpura-pura mengasihi Kristus lebih daripada yang lain dengan terpaksa, karena kita seharusnya juga tahu bahwa kita sendiri mengetahui banyaknya kelemahan kita dibanding dengan kelemahan sesama lainnya. Pernyataan Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau,” menegaskan akan imannya bahwa Yesus tahu segala sesuatu: isi hatinya, ketulusan hatinya dan kesiapannya untuk membuktikan kasihnya itu dalam menanggapi panggilan-Nya. Maka Yesus pun mempercayakan pemeliharaan umat-Nya kepada Petrus, dengan tiga kali penegasan tugas-Nya.

Jawaban Petrus ini adalah jawaban iman. Yesus itu Maha Tahu (omniscient). Kedalaman hati Petrus, Ia tahu. Ia mengenal juga diri Petrus. Wajar jika kemudian ia bertanya berulang-ulang pada Petrus. Pertanyaan tiga kali mengingatkan latar belakang Petrus bahwa ia pernah menyangkal Yesus di detik-detik terakhir menjelang penderitaan Yesus menuju Kalvari. Ingat juga bahwa Petrus pernah berikhtiar untuk kembali menjadi nelayan setelah Yesus disalibkan. Akan tetapi, lebih dari itu semua, Yesus punya visi yang jauh ke depan tentang misi yang harus diemban oleh Petrus. Yesus memberi  tanggungjawab yang lebih berat kepada Petrus dengan menjadi gembala atas domba-domba.

🔹 Ayat 18-19 : Yesus menyampaikan kematian Petrus dengan penyaliban. Yesus mengatakan bahwa Petrus, ketika masih muda, bisa berjalan kemana saja ia mau, tapi ketika tua, orang lain akan mengikat dan membawanya ke tempat yang tidak ia kehendaki. Yesus berkata demikian untuk menunjukkan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sebelum memasuki debut pelayanan, Yesus menyampaikan pesan yang spesifik kepada Petrus mengenai perihal pelayanannya. Kata Yesus kepada Petrus bahwa ketika dia masih muda, dia mengikat pinggangnya sendiri dan pergi ke mana saja dia mau. Namun ketika sudah menjadi tua, ia harus mengulurkan tangan dan orang lain akan mengikat dan membawanya ke tempat yang tidak dikehendakinya, yaitu tempat di mana dia tidak mau pergi (Yoh.21:18). Yesus memang sedang menyampaikan tentang kematian Petrus kelak dalam pengiringannya kepada Yesus (ay. 19). Ketika kita menjadi tua, yang berarti telah lama terlibat dalam pelayanan, pelayanan kita bukan lagi merupakan pilihan. Kita akan ada di tempat yang tidak dikehendaki. Tempat itu bisa jadi berupa hal-hal yang tak kita sukai, hal-hal yang harus diperjuangkan agar pekerjaan dan kemuliaan Tuhan dinyatakan, hal-hal yang mengusik kesetiaan dan kenyamanan kita, menggoyahkan iman, tetapi di tempat itulah Tuhan mau kita tetap berdiri tegak. Tempat di mana kesetiaan kita kepada Tuhan akan berakhir di penghujung usia kita, seperti Petrus yang akhirnya mati terletak di kayu salib yang terbalik. Percayalah Tuhan akan menguatkan dan mengaruniakan anugerah-Nya bagi kita untuk setia sampai akhir, sampai kita mendapat mahkota kemuliaan

3. MEMAKNAI TEKS :

Memaknai Bulan Budaya di minggu ke-4 ini dan di bawah terang tema Kasih yang Memulihkan Relasi, maka ada beberapa point perenungan yang bisa direnungkan adalah :

  1. Secara umum, kita belajar bahwa penampakan Yesus sesudah bangkit, mengisyaratkan tentang pembuktian bahwa Yesus tidak mati terus. Yesus bangkit. Penampakan menjadi pembuktian bahwa Ia hidup. Lebih dari itu, peristiwa penampakan Yesus menjadi sarana pemulihan bagi para murid. Pemulihan terhadap keyakinan soal perkataan Yesus jauh hari sebelum menderita, mati dan bangkit. Pemulihan terhadap keyakinan diri para murid tentang siapa sebenarnya Yesus. Pemulihan diri mereka sebagai satu persekutuan murid yang mengemban tugas pelayanan.
  2. Narasi Yohanes 21:15-19 berisi gambaran bagaimana Yesus memulihkan komitmen kasih Petrus. Yesus menghadirkan pertanyaan tentang kasih Petrus kepada Yesus sebanyak tiga kali. Hal ini membuat Petrus menjadi sedih. Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu. Engkau tahu aku mengasihi Engkau”. Jawaban Petrus ini adalah jawaban iman. Yesus itu Maha Tahu (omniscient). Kedalaman hati Petrus, Ia tahu. Ia mengenal juga diri Petrus. Wajar jika kemudian Yesus bertanya berulang-ulang pada Petrus. Ingat baik-baik bahwa Petrus pernah menyangkal Yesus di detik-detik terakhir menjelang penderitaan Yesus menuju Kalvari. Ingat juga bahwa Petrus pernah berikhtiar untuk kembali menjadi nelayan setelah Yesus disalibkan. Pertanyaan tiga kali ini bermakna sebagai upaya untuk memulihkan komitmen Petrus sebagai seorang murid.
  3. Yesus bertanya pada Petrus perihal apakah Petrus mengasihiNya karena ke depan Petrus punya tanggungjawab yang lebih berat. Menjadi gembala atas domba-domba. Petrus harus ada sepenuh waktu bagi domba-domba gembalaannya. Petrus harus merawat, memelihara, memberikan kasih, perhatian secara total pada kawanan domba, layaknya Yesus mencintai manusia, tanpa pilih kasih. Perintah Yesus agar Petrus menggembalakan domba-domba itu akhirnya bermakna pemenuhan hukum kasih. Mengasihi Allah juga berarti mampu mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Kasih itu pada akhirnya mengandung arti totalitas, kesetiaan yang sungguh. Kasih tidak boleh bercabang hati. Kasih itu punya dampak bagi kesungguhan melayani. Bukan kasih lagi namanya jika hal-hal tadi kemudian dilanggar. Ada saat ketika Petrus berpikir bahwa ia siap untuk apa pun. Ia tidak siap. Yesus memberitahunya demikian. Petrus berdebat dengan Yesus.  Tentu saja, Yesus benar. Namun, Petrus kini telah direndahkan oleh kegagalannya sendiri dan kemudian menyadari bahwa jalan pemuridan dimulai dengan kerendahan hati. Ia siap untuk mengikuti, bahkan jika jalannya akan menuntunnya pada kematiannya sendiri dengan cara yang mirip dengan kematian Yesus. Bahkan, Yesus memberi tahu Petrus bahwa masa depannya secara langsung terkait dengan penyaliban Tuhannya . Namun, Yesus tetap berkata kepadanya, “Ikutlah Aku!” Anda dan saya tidak tahu persis apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi Yesus melihat kita dan meminta kita untuk mengikuti, bahkan jika itu berarti sebuah salib. Marilah kita mengikuti!
  4. Ada banyak tradisi budaya kita yang mengakar pada peristiwa pemulihan. Secara khusus, minggu ini berfokus pada budaya dan tradisi suku Alor. Secara umum kita mengenal istilah “Tuno Manuk”. Dalam tradisi Alor, pemulihan relasi atau hubungan yang rusak seringkali dilakukan melalui ritual adat, seperti “Tuno Manuk”. Ritual ini bertujuan untuk membangun keseimbangan hidup dan memulihkan harmoni dalam masyarakat. Tradisi ini ada hakikatnya untuk pemulihan relasi melalui aspek spiritual, sosial, dan budaya. Ritual adat, penyelesaian sengketa, upacara adat, dialog, dan pembicaraan merupakan cara-cara yang digunakan untuk memulihkan harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat Alor. Refleksi kita adalah bagaimana caranya supaya pemulihan-pemulihan relasi yang terjadi, baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam kehidupan budaya kita, hendaklah didasari dengan kasih. Kasih kepada Tuhan harus menjadi landasan utama untuk mengasihi sesama. Tuhan memerintahkan kita tidak saja mengasihi Tuhan tetapi juga mengasihi sesama sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri.

[1] Bahan Pemberitaan Firman – Minggu 25 Mei 2025

[2] Pelayan di Jemaat Imanuel Oesao – Klasis Kupang Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *