Syalom!
Jemaat Tuhan terkasih!
“Janda itu memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya”. Ini adalah kutipan yang ada di Markus 12:44.
Inti perkataan ini sama dengan apa yang dikatakan Lukas 21:3-4, bacaan kita tadi. Si janda yang oleh kebanyakan orang mengenalnya sebagai janda miskin, memberikan persembahan dengan seluruh nafkahnya kepada Tuhan hari itu. Apakah yang ada dibenak kita ketika membaca pernyataan seperti ini?
Janda miskin itu memberi dari kekurangannya, bahkan dikatakan sebagai pemberian yang lebih banyak dari semua orang, termasuk orang kaya yang saat itu juga memberikan persembahan dalam jumlah yang banyak (lih. Mrk.12:41). Mungkin secara cepat akan muncul dalam benak kita, nanti janda itu makan apa kalau dia beri seluruh nafkah yang dia punyai? Kata seluruh nafkah yang dia punyai itu tidak ada kata keterangan waktu, apakah seluruh nafkah hari itu atau semua hartanya untuk membiayai kehudupannya?
Kalau misalnya janda itu masih berumur produktif dan belum memiliki anak atau sudah punya anak tidak lebih dari 1, maka rasa kuatir tentang dia akan makan apa mungkin bisa sedikit saja, sebab dengan usia yang masih usia produktif dan tanggungan terbatas, ia masih bisa mencari makan untuk hidupnya hari itu dan hari selanjutnya. Akan tetapi kalau dia janda lansia, memiliki tanggungan dan anak-anaknya belum mandiri, maka pemberian seluruh nafkah itu adalah tindakan konyol, terkecuali ia memiliki tujuan tertentu. Atau kalau dia seorang janda tua dengan anak-anak yang sudah mandiri dan mapan, maka tindakan itu tidak akan bawa masalah untuk dirinya karena anak-anaknya pasti akan menanggungnya kelak.
Janda itu memberi dengan seluruh nafkahnya dari kekurangannya. Kalimat ini jika diresapi memiliki makna seperti ini bahwa yang janda itu beri adalah apa yang dia punyai dari hidupnya, yang sebenarnya bisa memberikan dia kekuatan untuk jalani hidup karena kemiskinannya. Yang ia beri itu adalah kekayaannya, yang bagi banyak orang dilihat sebagai tidak bernilai dan kurang banyak dari yang mereka punyai. Kalimat itu juga dapat dimaknai bahwa persembahannya adalah kekayaan yang dikumpulkannya selama ia hidup sebagai seorang janda, yaitu uang 2 peser. Karena itu dua peser ini adalah seluruh kekayaan yang dia miliki saat itu.
Jika seperti itu, maka makna pemberian dari kekurangannya, yaitu seluruh nafkahnya, berarti pemberian dari seluruh miliknya untuk kehidupannya. Yang berarti pemberian seluruh hidupnya juga. Dan karena itu janda ini memberi seluruh hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan dalam rumah ibadat saat itu.
Jemaat Tuhan terkasih!
Pengertian kalimat seperti ini, yakni memberi dengan seluruh hidupnya, memiliki makna, bahwa persembahan yang diberikan si janda miskin itu adalah pemberian dalam ketulusan dan keikhlasan. Pemberian dengan dasar ketulusan dan keikhlasan adalah pemberian dengan tidak untuk dijadikan alasan untuk menuntut lebih atau memiliki atas yang menerima pemberian itu sehingga kemudian karena ia sudah memberi maka ia merasa berhak mengatur pelayanan di rumah ibadat. Kata tulus dan ikhlas itu menunjuk pada pengertian, ia memberi tanpa embel-embel, tetapi memberi karena ia sudah menganggap itu kewajiban mutlak baginya dan setelah memberi maka ia percaya pemberiannya akan dipakai untuk tujuan pelayanan di rumah ibadat itu.
Makna seperti ini menolong kita untuk memahami bahwa persembahan yang kita beri di rumah Tuhan atau beri dalam pelayanan kepada Tuhan itu adalah tanda syukur kita untuk apa yang sudah kita dapatkan dari Tuhan dalam hidup kita. Tuhan sudah terlebih dahulu memberi bagi kita dan dari apa yang kita beri. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk juga memberi di rumah Tuhan untuk pelayanan bagi sesama yang diatur melalui pelayanan dimulai dari rumah Tuhan.
Jemaat Tuhan terkasih!
Persembahan yang kita beri di rumah Tuhan itu bukan tanda kepemilikan kita atas apa yang ada di rumah Tuhan atau kepemilikan atas pelayanan Tuhan. Jadi kalau ada orang yang beri persembahan di rumah Tuhan lalu dengan persembahan itu dia menuntut lebih untuk dirinya, maka pemahamannya atau tuntutannya adalah hal yang keliru. Tidak sama dengan maksud memberi dengan tulus dan ikhlas, seperti pemberian si janda ini. Namun, ini juga bukan berarti mereka yang dipercaya mengelola persembahan itu, mengelola seperti kehendak hati mereka. Sesuka hati mereka. Tidak! Haruslah kita tahu dan sadari bahwa persembahan itu ada ungkapan syukur kita atas apa yang sudah kita dapat dari Tuhan dalam hidup kita. Ungkapan syukur itu harus kita bawa ke rumah Tuhan, seperti kata Alkitab (Lih. Matius 8:4). Diberi ke rumah Tuhan dimaksudkan untuk pelayanan di rumah Tuhan bukan sebagai tanda kepemilikan kita. Dan karena itu, maka pengelola persembahan mesti kelola secara bertanggung jawab untuk pelayanan.
Di GMIT, persembahan yang jemaat beri dalam rumah Tuhan, apakah itu kolekte, natzar, perpuluhan, lelang dan sumbangan-sumbangan itu adalah tanda syukur jemaat untuk apa yang Tuhan beri dalam hidup jemaat. Ketika persembahan itu diberi dalam gereja, pengelola persembahan, yang dalam sistem presbiterial sinodal yang GMIT pakai untuk mengatur pelayanan gereja, MJH bertanggung jawab untuk atur agar semua itu sehingga dapat melakukan dan mendukung untuk pelayanan. Waktu MJH mau atur, bukan MJH atur sendiri, melainkan atur bersama perwakilan jemaat, yang jemaat pilih, yaitu presbiter: Pnt, Dkn, Pgjr, yang kemudian disebut MJ.
Pengaturannya mesti direncanakan dan ditetapkan lewat sidang MJ. Karena manajemen GMIT seperti ini, maka tiap awal tahun, MJ harus bersidang untuk buat rencana kegiatan dan anggarannya dan putuskan bersama mana yang harus dilakukan selama satu. Dalam sidang itu, MJ mesti sepakati bersama penggunaan persembahan itu, yang kemudian disebut dengan anggaran pendapatan dan belanja (APBJ). APBJ dibuat berdasarkan keuangan yang ada, yang bisa didapat dalam satu tahun. Waktu mau dipakai sebagai pengeluaran, maka diatur yang besarannya untuk sama dengan yang didapatkan dengan kegiatan yang sudah ditetapkan untuk dilakukan dalam satu tahun.
Selanjutnya, supaya selalu ada kontrol, maka dibentuk Badan Pertimbangan dan pengawasan pelayanan (BP3J) untuk cek penggunaan sesuai keputusan atau tidak. Lalu tiap minggu dibuat warta uang yang disampaikan ke jemaat. Tujuannya supaya semua tahu penggunaan dana itu untuk dukung pelayanan dan bukan untuk hal lain. Karena itu, MJH sebagai pengelola persembahan mesti mengelola seperti yang diputuskan dalam keputusan sidang MJ dengan selalu laporkan penggunaannya secara mingguan disertai bukti dan selalu terbuka untuk diawasi melalui BP3J. Mengapa? Sebab jemaat adalah milik Tuhan tetapi Tuhan percayakan kepada mereka yang jemaat pilih sebagai presbiter yang kemudian disebut juga sebagai MJ.
Inilah sistem yang berlaku dalam GMIT dan gereja-gereja protestan seperti GMIT. Persembahan itu dikelola oleh MJH dan bukan semua untuk pendeta atau MJH. Hal ini penting karena ada gereja yang persembahannya untuk pendeta atau yang bawa firman saat itu. Sistem kelola uang dalam GMIT atur supaya persembahan untuk pelayanan itu kembali berdampak pada jemaat melalui program-program yang diputuskan MJ, yang adalah wakil jemaat dalam pengelolaan di gereja.
Jemaat Tuhan terkasih!
Makna kedua dari pemberian si janda adalah makna pengharapan. Maksudnya adalah dengan memberi si janda mau bilang bahwa sekarang dia pung hidup hanya bergantung sepenuhnya pada kemurahan dan kuasa Tuhan. Dia percayakan semua hidupnya yang tersisa yang akan dia jalani untuk diatur dan dipimpin Tuhan.
Tadi kita coba andaikan janda itu dalam 3 jenis janda usia produktif, janda lansia dengan tanggungan dan janda lansia dengan anak-anak yang sudah mandiri. Kalau janda itu beri dengan seluruh hidupnya kepada Tuhan dalam persembahan itu, mau termasuk jenis apapun si janda itu, tapi pemberian itu adalah tanda ia memasrahkan diri dan hidupnya pada Tuhan, karena ia yakin dan percaya bahwa Tuhan akan memelihara dia. Jadi dengan demikian, setiap persembahan yang kita berikan kepada Tuhan di dalam rumah Tuhan atau dalam pelayanan (kita biasa bilang ibadah), memiliki makna pengharapan, yaitu kita memberi dan berharap sepenuhnya pada Tuhan.
Di masa Yesus, tanda itu melalui kurban sembelihan yang dibawa umat di Bait Allah. Hewan kurban disembelih lalu umat dengan bantuan imam mendoakan tujuan kurban itu dari pemberi kurban kepada Tuhan.
Sekarang itu tidak lagi berlaku. Tuhan Yesus menggantikan kurban yang itu dengan diriNya. Kalau kita mau meminta sesuatu pada Tuhan, Tuhan Yesus ajar kita melalui doa dan ditandai dengan persembahan yang tulus dan ikhlas sebagai wujud syukur dan harap kita atas apa yang sudah kita terima dari Tuhan. Ini diatur dalam Imamat 14.
Tindakan seperti ini beberapa kali Tuhan Yesus sampaikan setelah Ia melakukan penyembuhan. Misalnya dalam Matius 8:4, Mrk.12:40-45, Luk.5;14 kepada si kusta yang dipulihkanNya, tanda melalui persembahan itu Dia minta bawa ke rumah Tuhan sesuai hukum Musa (Maksudnya yang ada dalam Imamat 14:2) atau Luk.17:17-18 tentang 10 orang kusta yang disembuhkan.
Persembahan dengan dua makna seperti ini baru akan terjadi jika persembahan itu dibuat berdasarkan ketulusan dan keikhlasan hati saat diberi, seperti kata Daud dalam I Tawarikh 29:17. Mengapa?
Jemaat Tuhan terkasih!
Dalam bacaan Lukas yang juga sama dengan Markus 12:41-44, ada banyak orang yang memberi persembahan yang waktu itu dilihat Yesus, ada yang memberi dengan jumlah banyak dan besar. Mereka adalah orang-orang kaya dan para pemuka agama dan masyarakat.
Orang-orang ini melakukan dengan motif untuk dihormati, dipuji (bdk. Markus 12:38-40). Persembahan seperti tidak Tuhan kehendaki. Kalau persembahan kita beri dengan landasan motif seperti orang-orang itu, apalagi sebagai tanda kepemilikan dan bukan seperti si janda, maka tidak berkenan kepada Allah.
Yang Allah minta saat memberi adalah beri dalam ketulusan, keikhlasan dan kerendahan hati sebagai tanda kita bersyukur kepadaNya. Persembahan itu bukan soal jumlah tetapi soal motivasi. Dan hari ini kita diajar untuk beri dengan ketulusan, keikhlasan dan kerendahan hati, sebagai wujud syukur dan harap kita pada Tuhan yang telah lebih dahulu memberi bagi kita dengan berbagai berkat di dalam kehidupan kita. Anda tidak akan pernah kekurangan karena memberi persembahan pada Tuhan (Baca Amsal 3:9-10).
Tuhan memberkati kita. Amin!