Shalom, selamat memasuki Minggu Sengsara Yesus yang kedua. Di minggu kedua ini kita akan merefleksikan Firman Tuhan dengan perikop “Penderitaan Kristus sebagai Teladan” disesuaikan dengan tema kita minggu ini “Yesus menderita untuk dosaku”. Kita akan merenungkan tema ini sesuai nasehat rasul Petrus dalam 1 Petrus 2:18-25. Adapun beberapa point penting bagi kita dalam memahami teks dan tema ini, antara lain:

A.     Latar Belakang Surat 1 Petrus

Surat 1 Petrus ditulis oleh Rasul Petrus kepada jemaat-jemaat yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia (1 Ptr 1:1). Mereka adalah orang-orang percaya yang mengalami penderitaan, penganiayaan, dan tekanan dari lingkungan sekitar mereka[1]. Surat ini diperkirakan ditulis pada sekitar tahun 60-64 M, kemungkinan saat Petrus berada di Roma (disebut sebagai “Babilon” dalam 1 Ptr 5:13). Tema utama dalam surat ini adalah penghiburan dan dorongan bagi orang percaya untuk tetap hidup kudus, bersabar dalam penderitaan, dan meneladani Kristus dalam kesetiaan mereka kepada Allah sebagai orang-orang yang telah menerima Yesus.

  1. Latar Belakang Sosial 1 Petrus 2:18-25

Dalam bagian ini, Rasul Petrus khusus berbicara kepada para hamba (doulos) yang harus tunduk kepada tuan mereka, baik yang baik maupun yang bengis. Pada zaman itu, perbudakan masih menjadi bagian dari sistem sosial Kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi memiliki sistem perbudakan yang sangat luas. Diperkirakan sepertiga dari penduduk Romawi adalah budak, dan hampir semua aspek kehidupan sosial dan ekonomi bergantung pada tenaga budak. Sistem perbudakan di Romawi memiliki beberapa karakteristik khusus:

  • Budak dianggap sebagai properti, bukan sebagai manusia yang memiliki hak.
    Mereka bisa dibeli, dijual, diwariskan, atau bahkan dihukum mati oleh tuannya.
  • Beberapa budak bekerja dalam keadaan “brutal”, terutama di tambang atau ladang, tetapi ada juga yang bekerja di rumah tangga, sebagai guru, dokter, atau bahkan administrator bisnis tuannya.
  • Budak tidak memiliki kebebasan hukum, tetapi beberapa bisa memperoleh pembebasan (manumisi) setelah bertahun-tahun bekerja.

Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang pemikirannya berpengaruh dalam Romawi, pernah mengatakan: “Seorang budak adalah alat yang memiliki nyawa.” (Pandangan ini menunjukkan bagaimana budak hanya dianggap sebagai properti, bukan sebagai pribadi.)

Para budak ini menjadi budak karena:

  • Ditangkap dalam perang → Sumber utama budak di Romawi adalah tawanan perang.
  • Kelahiran dalam keluarga budak → Jika orang tua adalah budak, anaknya secara otomatis menjadi budak.
  • Dijual karena hutang → Orang yang tidak mampu membayar hutangnya dapat menjual dirinya sebagai budak.
  • Dihukum sebagai penjahat → Beberapa orang dihukum menjadi budak karena kejahatan.

Ahli sejarah Will Durant dalam The Story of Civilization mencatat bahwa pada abad pertama, lebih dari setengah penduduk Roma adalah budak. Mereka tidak memiliki hak dan sangat bergantung pada belas kasihan tuannya.

Terhadap situasi inilah, Petrus menulis surat dalam bacaan kita sebagai nasehat sekaligus penghiburan kasih dan panggilan iman bagi orang Kristen yang menjadi budak/hamba kala itu. Petrus mengetahui bahwa mereka menghadapi banyak ketidakadilan dan sering mengalami penderitaan dari tuannya. Untuk itu, Petrus ingin mereka memahami bagaimana menghadapi penderitaan dengan cara yang benar (sebagai orang kristen) dan bagaimana mereka dapat meneladani Kristus yang menderita dengan sabar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

  1. Pandangan Petrus terhadap situasi yang dialami oleh orang Kristen yang menjadi budak/hamba waktu itu

Ketika Petrus menulis suratnya ini, ia secara khusus menasihati para hamba/budak untuk tunduk kepada tuan mereka, baik kepada yang baik maupun yang bengis. 1 Petrus 2:18 “Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.” Kata “bengis” dalam teks Yunani adalah σκολιός (skolios), yang berarti: Bengkok, tidak lurus, kejam, jahat, atau tidak adil. Kata ini digunakan dalam arti moral maupun perilaku, yaitu seseorang yang bertindak tidak benar dan tidak adil terhadap orang lain.

Mengapa Petrus memberikan nasehat-nasehat ini?

  1. Banyak orang Kristen (pendatang dan perantau) pada waktu itu adalah budak. Mereka berada dalam posisi rentan dan bisa mengalami siksaan jika mereka menolak tunduk kepada tuannya[2]. Dalam situasi ini, Petrus mengajak mereka untuk berefleksi dan menerima keadaan mereka dengan menjadikan penderitaan yang mereka tanggung sebagai kasih karunia Allah. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Kata “kasih karunia” dalam teks Yunani adalah χάρις (charis), yang berarti anugerah atau pemberian cuma-cuma dari Allah. Petrus ingin menunjukkan bahwa ketika seseorang menderita dengan sabar karena melakukan kebaikan, ia sedang menerima kasih karunia dari Allah. Bukan penderitaan itu sendiri yang membawa kasih karunia, tetapi sikap hati yang tunduk kepada Allah dalam penderitaan itulah yang berkenan di hadapan-Nya (1 Petrus 2:15). Penderitaan karena Kristus membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan menjadikan kita semakin serupa dengan Dia (Roma 8:29).

Bandingkan Filipi 1:29 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

  1. Petrus tidak membenarkan perbudakan, tetapi ia menunjukkan bagaimana orang Kristen harus hidup dalam situasi yang sulit dengan tetap meneladani Kristus. 1 Petrus 2:21 “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”
  2. Petrus menganggap penderitaan yang mereka alami sebagai sebuah panggilan untuk turut menderita bersama Kristus (turut merasakan penderitaan Yesus). Bandingkan Yakobus 1:2-3 “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, saudara-saudaraku, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Penderitaan menghasilkan ketekunan dan iman yang lebih kuat.
  3. Petrus mengaitkan penderitaan hamba/budak dengan penderitaan Kristus: Yesus tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki: ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil) → Budak Kristen juga dipanggil untuk bertahan dalam penderitaan dengan sikap rendah hati dan taat. Mereka diajak untuk tidak membalas perlakuan yang jahat/bengis tuanya dengan pemberontakan tetapi menyerahkan semua penderitaan yang mereka alami kepada Allah yang akan menyatakan keadilan pada waktu-Nya (ayat 23b). Bandingkan Roma 12:19 “Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, hai saudara-saudaraku, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”
  4. Petrus menutup nasehatnya dengan pernyataan: Yesus mati untuk menebus manusia dari dosa, Ia sendiri telah memikul dosa kita dan rela mati di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh → bagi Petrus, semua manusia, termasuk hamba/budak, mendapatkan kesetaraan/kesatuan di dalam Kristus (Galatia 3:28 dalam hal keselamatan jiwa melalui karya penebusan Yesus). Sebab dahulu kamu sesat seperti domba. Tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu. Petrus menegaskan bahwa penderitaan yang dialami orang percaya harus dilihat dalam terang penderitaan Yesus. Yesus telah menderita dengan sabar dan tanpa dosa demi keselamatan umat-Nya. Karena itu, ketika mereka menderita, mereka tidak boleh berbuat dosa sama seperti domba yang sesat tanpa gembala (mereka harus memiliki cara hidup yang baik) dan harus tetap hidup sebagai hamba Allah yang memandang penderitaan sebagai ujian iman sambil tetap menaruh hormat kepada tuannya sehingga tuannya dapat melihat perbuatan baik mereka dan memuliakan Allah (bisa juga tuannya berubah sikap ketika Allah melawat mereka) 1 Petrus 2:12,15. Bandingkan 2 Korintus 4:17 “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kita kemuliaan kekal yang jauh lebih besar dari pada semuanya.” Paulus mengingatkan bahwa penderitaan di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kemuliaan yang akan diterima di surga jauh lebih besar.

Ss, Meskipun Petrus tidak menyerukan penghapusan perbudakan secara langsung, tetapi ia menunjukkan bahwa Kristus telah membebaskan manusia secara rohani dari perbudakan dosa. Oleh karena itu, seorang Kristen harus hidup sebagai hamba Allah, bukan hanya hamba manusia. Yang paling penting adalah kita telah dibebaskan dari perbudakan dosa oleh karya Yesus di kayu salib.

  1. Kaitan teks ini dengan tema: Yesus menderita akibat dosaku dan relevansi bagi orang Kristen saat ini adalah:

Bagi jemaat yang mengalami ketidakadilan dan penderitaan (dalam bentuk apapun), pesan ini menjadi penghiburan sekaligus panggilan untuk tetap hidup dalam kebenaran dan bersabar, sambil menantikan waktu Tuhan karena Kristus telah lebih dulu menderita demi kita. Di minggu kedua masa sengsara Yesus ini kita dapat belajar dari nasehat Petrus ini dalam beberapa hal:

  1. Yesus tidak pernah berbuat dosa, tetapi Ia menanggung akibat dosa manusia (1 Petrus 2:22). Ia dihina, disiksa, dan akhirnya disalibkan untuk menyelamatkan kita dari hukuman kekal (Yesaya 53:5). Penderitaan Yesus adalah bentuk kasih yang terbesar/kasih seorang sahabat sejati (Yohanes 15:13). Yesus telah menderita bagi kita, maka kita harus hidup bagi-Nya. Kita dipanggil untuk meninggalkan dosa dan hidup dalam kebenaran sekalipun kita menderita dan mendapakan perlakuan yang tidak adil. Mengapa? Karena Yesus telah terlebih dahulu menderita bagi kita, karena itu, anggaplah sebagai sebuah kebahagiaan jika kitapun turut menderita dalam dunia ini karena kita telah “mencemplungkan” diri kita dan merasakan pengalaman penderitaan Yesus.

Martin Luther menekankan teologi salib (theologia crucis), yang berarti bahwa jalan salib adalah jalan hidup bagi orang percaya. Luther menegaskan bahwa “kemuliaan tidak datang tanpa penderitaan, dan iman sejati dibuktikan dalam ujian penderitaan.”

Pastor Wang Yi, seorang pendeta gereja rumah di China berujar “Aku tidak takut menderita, karena penderitaanku adalah bagian dari kasih karunia Tuhan. Aku hanya takut jika aku gagal bersaksi bagi Kristus.”

Ss, penderitaan harusnya menjadi alat kesaksian bagi kita untuk memuliakan nama Tuhan dan ujian iman agar kita bertumbuh dan berbuah dalam kedewasaan iman.

  1. Saat ini, orang Kristen mungkin tidak mengalami perbudakan seperti di zaman Petrus, tetapi kita tetap menghadapi berbagai penderitaan:
  • Penderitaan fisik & Penyakit, “Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”
    Banyak orang mengalami penyakit serius, seperti kanker atau sakit kronis lainnya, ada yang mungkin mengalami keterbatasan fisik sejak lahir atau yang mengalami kecelakaan dan berbagai penderitaan fisik dan psikis lainnya (bullying). Banyak yang kemudian putus asa, kecewa dan kehilangan harapan. Berbagai cara, usaha dan upaya telah dilakukan tetapi mereka tak kunjung sembuh dan pulih dari keadaannya. Banyak doa dipanjatkan tetapi seakan “Tuhan berdiam diri”. Pesan Petrus ini kiranya menghibur dan menguatkan kita, Yesus menderita secara fisik tetapi tetap berserah kepada Allah. Kita juga harus tetap percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan di tengah sakit dan keterbatasan fisik dan tekanan psikis yang kita alami, percayalah Ia akan melawat kita seturut waktu-Nya. Kiranya di minggu sengsara yang kedua ini, kita memfokuskan diri untuk mendoakan dan memberi perhatian khusus bagi mereka yang menderita secara fisik/psikis dan yang mengalami sakit di sekitar kita. Saya percaya, Kehadiran dan perhatian kita menjadi kekuatan tersendiri bagi mereka untuk menanggung penderitaan mereka.
  • Penderitaan karena ketidakadilan sosial

Banyak orang miskin ditindas dan tidak mendapat keadilan[3]. Para pekerja sering mengalami ketidakadilan dari atasan mereka (banyak pekerja di warung-warung makan yang tidak dapat bergereja dan beribadah) karena tuntutan pekerjaan dan tekanan tuannya yang berbeda keyakinan bahkan banyak yang justru beralih keyakinan untuk beroleh kehidupan yang lebih baik. Bahkan banyak ironi dialami oleh para pekerja migran (TKI dan TKW) yang notabene adalah warga GMIT. Mereka banyak mengalami “eksploitasi” (sebagai pendatang dan perantau di negeri orang) dari berbagai oknum yang mementingkan diri sendiri. Begitu banyak berita tentang mereka yang mendapatkan perlakuan tidak adil, penganiayaan bahkan sampai meregang nyawa. Kiranya pesan Petrus ini sampai kepada mereka sebagai penghiburan sejati sekaligus panggilan untuk mereka tetap sabar, setia dan taat menanggung penderitaan yang mereka hadapi demi mempertahankan hidup serta mempertahankan iman mereka. Kiranya minggu ini, kita mengkhususkan diri untuk mendoakan mereka dan kiranya dari permenungan ini, Gereja sebagai lembaga dapat “mengatur pelayanan”[4] bagi mereka sehingga mereka dapat “disentuh” agar tetap sehat dan kuat serta bertahan dan bertumbuh dalam iman percaya kepada Yesus Kristus.

  • Penderitaan akibat tekanan hidup & beban ekonomi

Di zaman yang serba sulit ini, banyak keluarga berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. ada yang sampai berhutang, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang berusaha mencari pekerjaan, ada isteri yang mengalami penganiayaan dan tertekan dengan sikap suami, dan sebaliknya, ada anak-anak yang putus sekolah karena ketidakmampuan orang tua. Ada begitu banyak pemuda-pemudi yang putus asa dan hilang harapan sampai bunuh diri. Terkini, ada berita yang viral seorang ayah berinisial YT di Soe yang tega membunuh 2 orang anaknya dan hampir membunuh isterinya ketika mencari udang di kali dan juga seorang bapak berinisial AP yang tega membunuh kakak perempuan dan keponakannnya pada hari minggu 23 Februari yang lalu[5]. Begitu banyak pembunuhan dan KDRT terjadi karena tekanan hidup dan beban ekonomi. Kiranya nasehat Petrus ini memulihkan semangat, motivasi dan harapan bagi semua yang berputus asa, kecewa dan hilang harapan agar tetap kuat menghadapi situasi hidup yang sulit ini dengan tetap berpengharapan pada Yesus dan tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan. Yesus sebagai manusia tidak memiliki kekayaan duniawi (hanya anak seorang tukang kayu), tetapi Ia tetap mengandalkan Bapa-Nya. Kita harus belajar percaya bahwa Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kita dan menolong kita dengan kasih-Nya.

Kita harus tetap mengandalkan Tuhan senantiasa walaupun kita mengalami berbagai tekanan hidup dan terbeban dengan kebutuhan ekonomi keluarga.

  1. Kesimpulan dan Aplikasi
  2. Penderitaan bukan berarti Tuhan meninggalkan kita, tetapi Tuhan memurnikan iman kita. “Emas diuji dalam api, demikian juga iman kita diuji melalui penderitaan.” (1 Petrus 1:7)
  3. Kita harus meneladani Yesus dalam menghadapi penderitaan. “Yesus tidak membalas ketika Ia dihina, tetapi Ia mempercayakannya kepada Allah.” (1 Petrus 2:23)
  4. Penderitaan adalah bagian dari kasih karunia Allah. “Jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, itu adalah kasih karunia di hadapan Allah.” (1 Petrus 2:20)
  5. Jangan takut, karena Tuhan menyertai kita dalam penderitaan. “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5)

Apa yang harus kita lakukan saat menderita?

  1. Percayalah bahwa Tuhan tetap memegang kendali atas hidup kita (Dialah nahkoda hidup kita). Tuhan selalu ada dan memberikan kita kekuatan baru setiap hari agar kita dapat menanggung beban hidup kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita sendiri. Seperti syair pujian “di tengah ombak dan arus pencobaan hampir terhilang tujuan arah hidupku, bagaikan kapal yang slalu diombang-ambingkan mengharap kasih-Nya seolah-olah tiada mampu, Yesus perhatikan kehidupan stiap orang………Yesus perhatikan setiap tetesan air mata”.
  2. Tetap setia dan jangan kompromi dengan dosa, ketika menderita dan mengalami ketidakadilan janganlah kita memberontak dan melakukan kejahatan. Peliharalah imanmu dengan terus melakukan hal-hal baik.
  3. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:17, 19-21)
  4. Gunakan penderitaan sebagai kesempatan untuk bersaksi. Tuhan terkadang membuat kita menderita agar penderitaan kita menjadi pengalaman iman dan kesaksian bagi banyak orang sehingga kita semua dapat memuliakan nama Tuhan.

Ss, Yesus menderita akibat dosa kita, maka kita harus hidup dalam kebenaran sekalipun kita menderita dan mengalami ketidakadilan, kiranya teladan Yesus dalam penderitaan-Nya menjadi teladan baik bagi kita untuk tetap melakukan hal-hal baik sebagai hamba Allah (orang Kristen sejati). Seperti jemaat di zaman Petrus, kita juga harus tetap tunduk, taat dan setia walaupun dalam penderitaan. jangan menyerah, karena ada kemuliaan di balik penderitaan yang kita alami!

“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kita kemuliaan yang kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari penderitaan kita.” (2 Korintus 4:17-NP)

Tetaplah berpegang pada Yesus, Gembala dan Pemelihara jiwa kita! Selamat memaknai minggu sengsara Yesus yang kedua, Dia telah menderita untuk dosa kita. Amin.

[1] Mereka mengalami banyak penganiayaan oleh kaisar Nero
[2] Sebelumnya Petrus telah menasehati mereka untuk tunduk kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi (dalam hal ini kaisar Nero yang terkenal kejam dan bengis) sebab itulah kehendak Allah. 1 Petrus 2:13-15ih,
[3] Saya suka semangat presiden saat ini, kiranya ini menjadi angin segar dengan program-program kerja yang berpihak kepada masyarakat Indonesia yang mendapatkan ketidakadilan social sehingga amanat sila ke 5 dapat terwujud di tengah-tengah korupsi yang menggurita.
[4] Saya punya pengalaman bersama jemaat migran yang sangat membutuhkan pelayanan seorang pendeta di Malaysia. Mereka tidak cukup uang untuk kembali ke Indonesia hanya untuk baptis, sidi dan nikah.
[5] Menurut informasi hanya gara-gara memetik kemiri (kebenaran berita ini perlu ditelusuri lagi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *